Malam memejamkan kebekuan.
Menyibak waktu dalam resah.
Melarutkan gerak dalam bisu.
Mencabik hati dalam luka.
Terbias lara menanti gelora.
Pada pijar yang kian meredup.
Dan aku mencoba memikat gelap.
Dalam naungan damai penuh makna.
Duhai gemuruh malam...
Tunjukkan indahmu!
Tunjukkan geliatmu!
Hingga aku kembali membirahimu!
Selasa, 05 Oktober 2010
Selasa, 27 Oktober 2009
Bahasa Rindu
Bilur rindu menggayut indah
Aku terbius oleh senyummu
Menantimu adalah kenikmatan
Bertabur siksa meraih hasrat jiwa
Akankah kembali menyatu?
Nun jauh disana kau hanya diam
Gemuruhpun mulai mereda...
Aku terbius oleh senyummu
Menantimu adalah kenikmatan
Bertabur siksa meraih hasrat jiwa
Akankah kembali menyatu?
Nun jauh disana kau hanya diam
Gemuruhpun mulai mereda...
Saat Merindu
Saat merindu
Ombakpun menautkan rasa diantara resah
Fatamorgana mengguncang nyata
Antara cinta dan rindu
Nuansa siksa mencabik hati
Dan aku terdiam di sudut pantai
Indahmu masih terekam nyata di hati..
Ombakpun menautkan rasa diantara resah
Fatamorgana mengguncang nyata
Antara cinta dan rindu
Nuansa siksa mencabik hati
Dan aku terdiam di sudut pantai
Indahmu masih terekam nyata di hati..
Tentang Kita
Masih teraba dalam anganku
Ketika kita berlabuh menyusuri lorong waktu
Dan kita hanya bisa menciptakan nafsu
Demi mengurai satu dendam tak bertepi.
Lalu kita ciptakan angkara
Pada batas kemunafikan hati
Seolah berlindung pada suci sang cinta
Tak terpercik irama cinta sedikitpun.
Harusnya kita memang malu pada waktu
Dimana detaknya menerbitkan kisah
Dimana kita hanya bisa mencibir
Lalu kemana hati nurani itu ada?
Sudah cukupkah dendam kita?
Atau perlu kembali menyusun cara?
Gila! Itu sama saja sia-sia!
Bahkan ku anggap sebuah kemunduran.
Ada baiknya kita bercermin pada waktu
Agar kita memahami nurani sendiri
Namun yang kita dapat
Hanya mengurai kebencian!
Ketika kita berlabuh menyusuri lorong waktu
Dan kita hanya bisa menciptakan nafsu
Demi mengurai satu dendam tak bertepi.
Lalu kita ciptakan angkara
Pada batas kemunafikan hati
Seolah berlindung pada suci sang cinta
Tak terpercik irama cinta sedikitpun.
Harusnya kita memang malu pada waktu
Dimana detaknya menerbitkan kisah
Dimana kita hanya bisa mencibir
Lalu kemana hati nurani itu ada?
Sudah cukupkah dendam kita?
Atau perlu kembali menyusun cara?
Gila! Itu sama saja sia-sia!
Bahkan ku anggap sebuah kemunduran.
Ada baiknya kita bercermin pada waktu
Agar kita memahami nurani sendiri
Namun yang kita dapat
Hanya mengurai kebencian!
Senin, 26 Oktober 2009
Ketika Cinta Merepih
Malam mencekam dalam pekat
Hati mengguncang dalam rindu
Ketika akhirnya cinta merepih
Aku coba mengais pekat
Lewat rindu tak bertepi
Sekian lama merentangkan jarak
Mencoba bertahan dalam setia
Namun hampamu
Mencabik setiaku!
Aku terdiam dalam serpihan hati
Mencoba merajut, adalah sia sia
Sehingga kuputuskan
Menutup lembaran cintamu.
Semoga cinta kita menjadi pelajaran
Agar tak lagi ada luka & siksa
Kini... Cintakupun merepih..
Hati mengguncang dalam rindu
Ketika akhirnya cinta merepih
Aku coba mengais pekat
Lewat rindu tak bertepi
Sekian lama merentangkan jarak
Mencoba bertahan dalam setia
Namun hampamu
Mencabik setiaku!
Aku terdiam dalam serpihan hati
Mencoba merajut, adalah sia sia
Sehingga kuputuskan
Menutup lembaran cintamu.
Semoga cinta kita menjadi pelajaran
Agar tak lagi ada luka & siksa
Kini... Cintakupun merepih..
Langganan:
Postingan (Atom)