Kamis, 03 September 2009

Ungkapan..

Kusadari..
Bahwa kata-kata berasal dari dasar perasaan jiwa.
Yang terguncang , laksana daun kering diterpa angin.
Melayang tak mendasar, entah ke arah mana..

Kusadari juga,
Sama halnya dengan kata-kata,
Bahwa cinta berasal dari dasar perasaan jiwa.
Yang tertepis birahi, laksana daun kelapa meliuk diterpa angin.
Menggairahkan tanpa terkendali, menjurus pada kenikmatan.

Lalu kusadari..
Makna kata mungkin tak berujung
Namun makna cinta selalu berujung
Pada perpisahan atau kematian..

Maka kulibatkan kata-kata
Ketimbang cinta..

Rabu, 02 September 2009

Bintangku..




Bintangku..
Aku mencarimu dalam gelap malam.
Tak bisakah sesaat saja kau hadir?
Tak bisakah kerlipmu menenangkan hati?


Bintangku..
Rembulan nampak kelabu menyusuri malam.

Tak seceria biasa, menyambut gelap.
Seolah pembiasan adalah hal wajar,
Saat sang bintang tiada mengerlip.

Duhai bintangku..
Bila sudah waktunya kau pergi,
Maka beri kepastian bagi rembulan.
Sebab rembulan tetap pada tempatnya
Dan tak mungkin menggapai mentari..

Satu Kenangan Dalam Gelap

Malam mulai meluruh.
Angin mulai menggelinding.
Antara tatapan, kita saling mengulum senyum.
Antara desahan, kita saling menjamah waktu.
Dan kita bergelayut lembut penuh gairah..

Tak ada kata, tak ada janji.
Meski mata tetap mengharap penuh resah.
Kita hanya terjerumus ilusi, juga dendam.
Semua terkikis hanya dalam semalam.

Saksi kita cuma kesunyian.
Saksi kita cuma birahi.
Saksi kita cuma hati
Saksi kita cuma... Tuhan..

Pada Selembar Rindu Yang Sekarat

Rindu masih saja membentang luas.
Meski terhempas karat oleh terpaan takdir.
Dan hati mulai merintih lara dalam kegalauan.
Masihkah kau bisa menyimak siksaku?

Sementara angin yang berhembus,
menautkan beku, hadapi kematian panjang.
Duh... Haruskah ku mati?
Agar terhempas seluruh rindu yang ada.

Heningpun membahana.
Pada puncak gelap, aku berteriak lirih.
Menyebut betapa galau hati merebut cintamu.

Gila! Dalam sekarat, masih saja mudah berteriak!
Kenapa tidak kau matikan saja rasaku!!